Senin, 26 November 2018

Taman Wisata Edukatif Ngembag


Taman Wisata Ngembag merupakan salah satu objek wisata buatan yang cukup terkenal bagi masyarakat lokal kota reyog, didalamnya terdepat beberapa tempat wisata yang bisa dicoba. Ngembag juga menyediakan beberapa fasilitas yang bisa dicoba diataranya adalah Flying Fox, ya walaupun tidak terlalu tinggi namun bisa dicoba lah, Selanjutnya ada Kolam Renang yang saya lebih melihatnya khusus anak yang masih duduk di sekolah, karena tempatnya tidak terlalu lebar. Selain itu masih ada jembatan tali tempat santai, perahu bebek, ayunan, cafetaria, kebun binatang mini dengan hewan seperti buaya, monyet, ayam, ular, merak.

Untuk tiket masuknya cukup dikenai biaya Rp. 5.000,00 untuk sekali masuk. Murah bukan. Ngembag sendiri sangat cocok buat liburan anak-anak, karena lebih didominasi oleh permainan anak kecil dan usia sekolah, mungkin bagi orang tua cuma cukup melihat anak-anak yang sedang bermain dengan mainan yang tersedia dan kalaupun lapar atau haus bisa membeli makanan yang ada di warung disekitaran permaianan dan masih di komplek wana wisata ngembag.
Bagi anda yang tidak ingin menikmati suasana panas ponorogo diwaktu musim panas, wana wisata ngembag bisa menjadi opsi, karena di area lokasi wisata sangat rindang dengan pohon pohon yang cukup besar, jadi cukup sejuk bukan.
Sebelumnya, Ngembag melupakan sebuah sumber air atau sendang yang erat kaitannya dengan legenda Ponorogo yaitu kisah Warok Suromenggolo. Alkisah, dalam salah satu pertarungan Warok Suromenggolo, karena hebatnya pertarungan dan adu tenaga muncullah sumber air yang kemudian dikenal sebagai Ngembag. Dalam bahasa jawa, “Embag” berarti tempat yang becek, penuh air. Ngembag terkenal dengan sebuah telaga kecil yang tak pernah mengering. Ditambah dengan keberadaan puluhan pohon Trembesi yang berusia ratusan tahun menjadikan hawa disekitar Ngembag terasa sejuk. Selain itu, keberadaan pohon-pohon raksasa itu membuat sumber airnya Lestari sampai kini.
Taman wisata ngembag berada di desa Ronowijayan, Kecamatan Siman,

Ponorogo, dan jika anda ingin mengunjungi anda bisa lewat kota ponorogo arah timur menuju kecamatan pulung, lokasinya berada di sebelah kiri jalan bila dari kota Ponorogo.


Referensi dan gambar :
https://erawisata.com/taman-wisata-ngembag-ponorogo-objek-wisata-buatan-sekaligus-belajar/
https://www.teluklove.com/2016/10/pesona-keindahan-wisata-taman-wisata.html
http://www.pergiberwisata.com/wp-content/uploads/2016/08/Taman-Wisata-Ngembag.jpg


Golan Sentra Gethuk di Ponorogo


Gethuk Golan adalah salah satu kuliner legendaris di kota Ponorogo. Jajanan ini merupakan kuliner asli dari desa Golan kecamatan Sukorejo kabupaten Ponorogo, 8 km dari pusat kota. Rasa istimewa dari gethuk golan berasal dari singkong yang khusus didatangkan dari kecamatan Ngebel dan diolah secara tradisional. Dihidangkan dengan tambahan ketan, parutan kelapa muda, dan siraman gula Jawa membuat rasa gethuk golan menjadi legenda yang tak terpupuskan oleh waktu. Dan di sajikan di atas daun pisang, tampilan tradisional sangat kental dirasakan. Salah satu tempat kuliner gethuk khas Ponorogo yang terkenal berada di Jalan Onggolono, RT. 05 / RW. 02, Golan, Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia
Ada 5 macam yang ditawarkan dari olahan gethuk. Yaitu Gethuk Ketan, Gethuk Gatot, Gethuk Thiwul, Gethuk Trio dan Gethuk Goreng.

Gethuk Golan nan legit penuh histori ini bisa anda dapatkan dengan kisaran harga Rp.1500 hingga Rp.3000 saja. Harganya yang tergolong murah namun tidak murahan, dan terkenal lezat. Penasarankan rasanya seperti apa? Mampir Ponorogo yuk,

Di desa Golan sendiri, terlaksana Festival Gethuk Golan, pada tanggal 25 Maret 2018 kemarin. Festival ini diikuti ratusan masyarakat golan, yang rata-rata berjualan gethuk.
Menariknya, tidak hanya bergerumbul saja masyarakat juga membawa tumpeng yang digotong empat orang. Tumpeng bukan berisi nasi, namun berisi gethuk khas Golan.

 Yang unik dalam festival ini adalah masyarakat diajak makan 1.000 getuk gratis. Sembari makan getuk, warga dihibur pertunjukkan reog. Untuk lebih menggelorakan event ini, para pemuda juga membaginya di media sosial. Ini bertujuan menarik minat teman-teman agar datang khusus melihat festival Desa Golan.
Referensi :
http://matasingkal.blogspot.com/2016/11/gethok-golan-asli-makanan-khas-ponorogo.html
https://www.hipwee.com/travel/ponorogo-gak-cuma-punya-sate-aja-7-kuliner-khas-ini-juga-wajib-kamu-coba/
https://www.ponorogo.go.id/wp-content/uploads/2017/06/gethuk-golan.jpg (sumber gambar)
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3935845/festival-getuk-golan-optimalisasi-potensi-ekonomi-desa-kreatif


Nila Bakar Telaga Ngebel


Indahnya telaga Ngebel juga dilengkapi dengan kuliner yang menggoda. SeLain ada tiwul goreng, disini juga ada Ikan Nila Bakar yang tak kalah sedap.  Ikan nila tersebut dibudidayakan di karamba-karamba yang ada di telaga ngebel. Yang dimasak dan disajikan dengan kondisi segar. Ikan Bakar dengan aneka pilihan bumbu yang ditawarkan, sungguh menggoda wisatawan yang ingin menikmatinya sesuai dengan selera mereka.

Pengunjung dapat menikmati makanan khas yang dijajakan di rumah makan yang berjajar di pinggir telaga. Menikmati nila bakar, biasanya hanya dengan nasi putih hangat dipadukan dengan sambal dan lalapan. Uniknya jika menyantap nila bakar di telaga ini, nila bakar tersebut bisa dinikmati dengan segotiwul goreng. Hanya dengan Rp 15.000,00 saja pengunjung dapat menikmati ikan nila bakar, sego tiwul goreng, dan segelas es teh.

Tak hanya nila bakar, rumah makan yang berjajar di pinggir Telaga Ngebel juga menyajikan hidangan lainnya. Namun hampir semua rumah makan menghidangkan menu andalan yang sama, yakni nila bakar yang dipasangkan dengan sego tiwul goreng. Keistimewaan yang hadir ketika menyantap nila bakar dan sego tiwul goreng ini adalah pengunjung dapat langsung menikmati keindahan telaga dan menyantap hidangan tersebut. Pengelola rumah makan sengaja mendirikan rumah makan dipinggir telaga agar pengunjung dapat melihat pemandangan di sekitar telaga sambil menyantap hidangan tersebut. Jadi tunggu apalagi? Berlibur ke Ngebel yuk 😊

Refernsi & Gambar :




Sego Goreng Tiwul


Tiwul merupakan makanan tradisional yang terbuat dari olahan singkong. Meski termasuk ke dalam makanan tradisional, tiwul memiliki cita rasa tersendiri.

Tiwul Goreng, Siapa sangka Nasi Tiwul yang biasanya bisa terasa begitu enak setelah menjadi nasi tiwul goreng. Apalagi dengan lauk ikan goreng dan dimakan dalam suasana yang sejuk serta perut lapar.
Nasi tiwul saat ini sangat sulit dicari, bahkan di desa-desa keberadaan nasi tiwul juga jarang ditemui. Kandungan tiwul tidak kalah dengan beras.

Tiwul goreng memang sudah lama diakui kelezatannya oleh banyak orang. Sayang karena tiwul susah dicari, nasi tiwul goreng pun menjadi semakin langka. Tapi jangan salah, Di ponorogo, tepatnya di sekitar Telaga Ngebel, Kecamatan Ngebel Ponorogo. Masih ada beberapa warung yang menjajakan nasi tiwul goreng.

Yang istimewa dari tiwul goreng ngebel adalah bahan dasarnya. Di Ngebel dan sekitarnya Gaplek dibuat dengan merendam singkong yang sudah dikupas di air yang mengalir. Air yang jernih serta belum tercemar di sekitar ngebel menghasilkan Gaplek kualitas terbaik. Makanya, ketika sudah jadi nasi tiwul rasanya enak dan warnanya coklat terang. Tidak coklat tua atau coklat kehitaman seperti tiwul-tiwul dari daerah lain.
 
Tiwul goreng biasanya disajikan lengkap seperti nasi goreng pada umumnya, misalnya berlauk telur ceplok ataupun tempe goreng, irisan ayam goreng, serta timun dan tomat yang menggugah selera. Cukup merogoh kocek seharga Rp. 12.000,00an kita dapat menikmati seporsi tiwul goreng ini. Penasaran ya? Mari coba !



Referensi artikel :
https://www.cendananews.com/2017/09/tiwul-goreng-makanan-lezat-khas-ponorogo.html
http://kulinercandra11.blogspot.com/2016/11/tiwul-goreng-asal-ponorogo.html

Sumber Air Panas "Titra Husada"


Pemandian Sumber Air Panas desa Wagir Lor, tempat wisata ini mungkin jarang terekspose dan muncul informasinya. Wisata ini juga mungkin masih kalah tenar dengan Telaga Ngebel, Namun ternyata pengunjungnya justru luar biasa rame. Hanya berjarak sekitar 1,5 km dari Telaga Ngebel, Wisata alami ini tak kalah menarik, dengan hanya membayar tiket Rp. 8.000,00 kita sudah bisa masuk ke dalamnya.

Setiap pengunjung yang datang selain bisa bermain air juga bisa mendapatkan khasiat dari air belerang. Seperti menghilangkan berbagai penyakit kulit, diabetes, tensi tinggi, vertigo, gejala stroke, bahkan jerawat juga bisa hilang hanya dengan berendam di sini. Meski tempat ini digunakan wisatawan untuk menghilangkan penyakit kulit, jangan khawatir tertular. Pasalnya, setiap kolam di sini airnya terus mengalir yang berasal dari aliran sungai murni. Jadi, jika hanya ingin sekedar berendam air panas saja tidak usah risau terkena penyakit kulit

Sumber air panas yang terletak di bawah dan sekitar jembatan serta ditengah area persawahan terasering warga itu, saat ini telah tersedia dua kolam renang untuk anak-anak dan dewasa. Beberapa rumah pohon yang didesign cukup cantik, juga telah ada di lokasi. Penampakan terkini lainnya tentang perubahan wajah wisata alam itu adalah juga telah dikelolanya sumber air panas dengan baik. Maksudnya adalah telah ada lobang kolam-kolam kecil yang ditata dan dibangun dipilah pilah menurut kadar tingkat panasnya air, yang tentunya disediakan untuk para wisatawan yang datang. Sehingga di sepanjang sungai pusat sumber air panas tersebut saat ini telah ada beberapa kolam kecil yang bisa digunakan untuk berendam para pengunjung.
Bahkan lebih baik lagi pengelolaannya, di sisi tebing bagian lain, secara khusus telah berdiri beberapa bangunan permanen seperti rumah yang mana didalamnya berisi kolam-kolam kecil khusus untuk berendam dalam ruangan tertutup. Satu ruangan khusus untuk laki-laki, lainnya khusus perempuan. Begitupun untuk sarana kuliner, telah ada beberapa rumah makan kecil atau warung di seputar lokasi. Bahkan di dekat lokasi wisata juga telah ada beberapa sarana beristirahat atau hotel.
Soal pengunjung hari-hari biasa dan kunjungannya yang mulai sore dan malam, karena memang pengunjung di hari-hari biasa adalah wisatawan yang tidak saja ingin berlibur dan bersantai, tetapi lebih dari tujuan itu adalah karena mereka ingin melakukan pengobatan alami berupa terapi berendam di air panas. Dalam sehari bisa mencapai 100-150 orang, dan jika hari minggu atau libur bisa mencapai 500-700 pengunjung.
Referensi :
https://ponorogo.go.id/wisata-sumber-air-panas-wagir-lor-ngebel/
https://www.cendananews.com/2017/09/pemandian-air-panas-di-ponorogo-berkhasiat.html




Minggu, 25 November 2018

Telaga Ngebel Andalan Ponorogo


 OBJEK WISATA TELAGA NGEBEL merupakan Telaga yang terbentuk secara alami oleh alam dan Telaga Ngebel berada di kaki gunung wilis atau tepatnya berada di kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo sekitar 30 KM dari pusat kota Ponorogo.

Telaga Ngebel mempunyai luas sekitar 5 KM serta mempunyai suhu sekitar 20-26 derajat Celcius serta Telaga Ngebel akan ramai jika kita datang kesana pada waktu hari libur maupun saat hari raya lebaran, Telaga Ngebel merupakan Tujuan wisata utama yang berada di Kabupaten Ponorogo.


Telaga Ngebel merupakan tempat wisata dan pusat tradisi, berupa Larung Sesaji setiap jatuh Tahun Baru Hijriyah/Tahun Baru Islam 1 Muharam atau 1 Suro oleh masyarakat Ponorogo

SEJARAH OBJEK WISATA TELAGA NGEBEL
Tidak lepas dari sebuah cerita yang dihubungkan dengan terbentuknya Telaga tersebut, dalam cerita tersebut menyebutkan adanya seekor ular yang bernama BARU KLINTING, ular tersebut adalah jelmaan Patih Bantaran Angin.

Patih Bantaran Angin sedang bermeditasi dengan berwujud seekor ular dan ada seseorang tanpa sengaja membawa ular jelmaaan Patih tersebut masuk kedalam desa, saat sudah sampai ke desa tersebut, Ular berubah menjadi seorang anak kecil.
Anak tersebut membuat sebuah sayembara dengan menancapkan sebuah batang lidi dan menyuruh warga desa mencabut batang tersebut namun tidak ada yang bisa mencabutnya dan yang bisa mencabut hanyalah anak kecil yang menancapkan tadi, dari lubang tersebut muncul sumber air yang menggenang hingga terbentuk menjadi sebuah Telaga.

Lokasi
Terletak di kaki gunung wilis atau tepatnya berada di kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia. Jika masih bingung bisa mencari melalui Google Maps.

Bagi yang membawa kendaraan sendiri, jalur yang paling mudah adalah rute Ponorogo (kota)-Pasar Pon-Jenangan-Ngebel atau Ponorogo (kota)-Mlilir (Ngepos)- Ngebel. Satu lagi jalur alternatif tapi lebih menanjak dan sempit adalah lewat Dolopo, pertigaan sebelah PLN Dolopo ke timur-Ngebel. Ada angkutan pedesaan dari Terminal Seloaji Ponorogo tujuan Jenangan yang siap mengantar sampai Telaga Ngebel. Jika menempuh dari kota Madiun, bisa lewat Mlilir (Ngepos) atau Dolopo, langsung ke arah telaga. 

Harga Tiket Masuk
 Dewasa/Anak-AnakRp 6000 
 Motor: Rp 2000
 Mobil: Rp 3000

Wisata Telaga Ngebel di Ponorogo bisa dibilang sebuah wisata alam yang memiliki beberapa akan fasilitas dan pelayanan di antaranya sebagai berikut : Area Parkir kendaraan, Masjid, Tempat Istirahat, Kamar mandi / MCK, Tempat Penginapan.

Ada juga area bermain anak, di antaranya ayunan, jungkat-jungkit, prosotan hingga flying fox khusus untuk anak-anak balita sampai 13 tahun. Bagi pecinta mancing, Telaga Ngebel merupakan surganya. Banyak ikan nila dan ikan ngongok, yang katanya hanya hidup di kawasan telaga ini saja.
Juga tersedia wahana sport tourism berupa pengadaan beberapa speed boat motor untuk melayani pengunjung yang ingin mengelilingi telaga dengan perahu. Masing-masing speed boat ini bermuatan maksimal 20 orang, dengan lama berkeliling telaga 30 menit, disertai oleh satu sampai dua orang pemandu kapal yang semuanya berseragam batik

Selain sebagai tempat wisata, Telaga Ngebel juga biasa digunakan untuk perkemahan anak anak sekolah, tersedianya lapangan yang luas mampu menciptakan suasana yang nyaman untuk berkemah.

Bertebaran warung-warung kecil yang menyediakan menu makanan khas Telaga Ngebel, berupa ikan air tawar dan nasi tiwul. Menu andalannya adalah ikan nila, wader, mujahir, atau gurame dengan berbagai macam cara memasak, dari digoreng sampai dibakar. Ada juga penjual makanan ringan, seperti gorengan, kacang atau kopi. Juga ditambah lagi ada banyak penjual yang menjajakan buah buahan, biasanya ditepi jalan banyak deretan penjual manggis, alpukat, pundungan dan durian jika sedang musim. Untuk soal harga pasti terjangkau, karena ini merupakan produk warga sekitar sendiri dan pasti berkualitas. Yuk nunggu apalagi? Mari main ke Ngebel!

Referensi :
https://erawisata.com/telaga-ngebel-danau-alami-yang-berada-di-gunung-wilis-ponorogo/
https://www.liputan6.com/regional/read/3642504/mentari-pagi-dan-legenda-naga-di-tepi-telaga-ngebel-ponorogo
https://www.teluklove.com/2016/10/pesona-keindahan-wisata-telaga-ngebel.html
http://surabaya.tribunnews.com/2009/10/02/eksotika-telaga-ngebel.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3UgpBQ2qQUpfAupuQLO5Cw1xGiTH_aUUkVXmXIIfVkLDSd0ka1cW4Gn3iGGu3JagaAmUkcu5Oj2olUoMbUjO1b0lRaqYw9MuzmELh4kH9Osq-p4vRp9lZsvLeIR4s8uEtVD0nVfanpmaz/s1600/IMG_0046.JPG



Pembuatan Reyog Ponorogo



Reyog mempunyai bahan dasar utama yang mahal dan di peroleh dari hewan langka, yaitu bulu dan burung merak untuk dadak meraknya, sedangkan untuk barongan / kepala reog menggunakan kulit asli macan / harimau sumatra, inilah yg membuat harganya menjadi mahal. Reyog mempunyai dua bagian, yakni dadak (merak) dan caplokan (kepala macan). Berikut adalah bagian - bagian dari proses pembuatan reyog :

A. RAGANGAN
Ragangan adalah dasaran dari dadak merak, bahannya adalah bambu, rotan, dan benang. Pertama harus membuat rusuknya dari bambu, dari bawah ke atas semakin kecil dan tipis ini berguna agar bisa lemas pada bagian atas reog. Selanjutnya merajut bambu dengan rusuk tadi menggunakan benang, yang sebelumnya bambu sudah di belah2 menjadi kecil sebesar lidi dan panjang. Proses perajutan ini dilakukan dari bawah sampai ujung atas rusuk. Setelah selesai maka tinggal menghias bagian tepi dari rusuk-rusuk dengan rotan dan merajutnya,selain agar lebih indah juga agar kuat. Finishingnya adalah pengecatan, pada umumnya bagian atas merah dan bawah putih, ini melambangkan kita adalh masuk di NKRI dan tak ada negara manapun yg boleh meng-klaim kesenian asli ponorogo Indonesia ini.

B. DADAK MERAK
Dadak merak adalah komponen utama dalam seni reog, ukuran dari dadak merak bervariasi antara 2 meter sampai 2.5 meter, selain itu ada juga yg lebih besar dan lebih kecil tinggal kemauan dari pembeli. Dadak merak ini dibuat dari ragangan tadi dan dipasang batang merak yang sudah dibelah pada bagian dalam ragangan tadi, batang bulu merak asli adalah bahan terbaik yang dijadikan dasaran ini,,walaupun ada pengrajin yang memakai bunga tebu “gleges” untuk dijadikan dasaran ini,, tapi saya anggap itu tidak kualitas karena tidak bisa bertahan lama sedang kalau pakai batang bulu merak bisa bertahan bertahuntahun. Setelah itu proses pemasangan bulu-bulu merak pada bagian depan dan selanjutnya adalah pemasangan badan burung merak “cohung”, kami mempunyai cadangan burung merak yang mencukupi untuk banyak pembeli. Yang terakhir adalah pemasangan “krakap” atau tempat tulisan identitas dari pemilik reog misalnya dari desa mana atau kecamatan atau provinsi mana gitu.
C. CAPLOKAN “KEPALA BARONGAN”
Kepala barongan harganya bervarisai berkisar antara 2-11 juta rupiah,,ini tergantung dari kualitas corak dan ukuran dari kulit kepala harimau itu sendiri. Yang harga 2-5 juta merupakan corak bawah sampai menengah sedangkan 6-11 juta merupakan corak menengah sampai kualitas super. Pembuatan caplokan yang pertama adalah pembentukan mulut dari kayu dadap yang ringan dan kuat sehingga pemain reog tidak merasa keberatan dalam menggigit caplokan dan bisa awet dan tahan lama (tidak rapuh), kemudian pemasangan bagian atas caplokan menggunakan bahan mancung (bagian dari pohon kelapa), setelah itu pemasangan kulit kepala harimau dan ditunggu 2-3 hari sehingga sampai kering dan maksimal kualitasnya. Finishingnya adalah pengecatan bagian mulut.Sumber gambar : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdEf8fRhi8oI9EUlAfJlTQHI04m0eU7S8XDVKMIATmnifCWhy2OQHMkFjKhIshrwgGdL6-d16auMaucdaf6qQ6scReZHvIfhyphenhyphenatCoit02-fNmFYcMBTgOtHeqNKHia2m35k8FXNXAeOkSo/s1600/ReogPonorogo230907.jpg




PERSONIL TARI REYOG



Ø  Jathilan
Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dibawakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan ekspresi atau greget sang penari.
Jathilan ini pada mulanya ditarikan oleh laki-laki yang halus, berparas ganteng atau mirip dengan wanita yang cantik. Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun 1980-an ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk pembukaan PRJ (Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh para penari putri dengan alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog Ponorogo lebih cenderung pada halus, lincah, genit. Hal ini didukung oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik.
sumber gambar : https://gramrix.com/tag/galleryjathil
Ø  Warok
Warok adalah pasukan Kelono Sewandono yang digambarkan sebagai orang yang sakti mandraguna dan kebal terhadap senjata tajam. Penari warok adalah pria dan umumnya berbadan besar. Warok mengenakan baju hitam-hitam (celana gombrong hitam dan baju hitam yang tidak dikancingkan) yang disebut Penadhon. Warok dibagi menjadi dua, yaitu warok tua dan warok muda. Perbedaan mereka terletak pada kostum yang dikenakan, dimana warok tua mengenakan kemeja putih sebelum penadhon dan membawa tongkat, sedangkan warok muda tidak mengenakan apa-apa selain penadhon dan tidak membawa tongkat. Senjata pamungkas para warok adalah tali kolor warna putih yang tebal.
Sumber gambar : https://www.merdeka.com/peristiwa/mengenal-falsafah-dan-sejarah-reog-ponorogo.html
Ø  Barongan (Dadak merak)

Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik – manik (tasbih). Krakap terbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas group reog. Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram.

Pembarong adalah penari yang nantinya akan membawa Dadak Merak, pembarong mengenakan celana panjang hitam dan baju kimplong (baju yang hanya punya satu cantelan bahu) dan harus menggigit kayu di bagian dalam kepala singa untuk mengangkat Dadak Merak. Seorang pembarong haruslah orang yang sangat kuat, karena dia harus bisa menundukkan Dadak Merak hingga menyentuh lantai dan mengangkatnya lagi ke posisi tegak. Karena itu, pembarong benar-benar harus memiliki keterampilan dan kemampuan yang tinggi agar bisa menghidupkan Singobarong yang dimainkannya.
Sumber gambar : https://www.wakoka.co.id/reyog-kabupaten-lamandau-berhasil-boyong-piala-presiden-festival-reyog-nasional-2015/

Ø    Prabu Klono Sewandono

Klono Sewandono  adalah seorang raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja di gambarkan dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan Dewi Sanggalangit, karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tarinyapun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.
Sumber gambar : https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Prabu_Klono_Sewandono.jpg

Referensi :
http://kesenianmini.blogspot.com/2014/12/tokoh-tokoh-dalam-seni-reog.html

Kisah Reyog Ponorogo



Dahulu kala ada seorang puteri yang cantik jelita bernama Dewi Sanggalangit. Ia puteri seorang raja yang terkenal di Kediri. Karena wajahnya yang cantik jelita dan sikapnya yang lemah lembut banyak para pangeran dan raja-raja yang ingin meminangnya untuk dijadikan sebagai istri. Namun sayang Dewi Sanggalangit nampaknya belum berhasrat untuk berumah tangga. Padahal kedua orang tuanya sudah sangat mendambakan hadirnya seorang cucu. “Anakku, sampai kapan kau akan menolak setiap pangeran yang datang melamarmu?” tanya Raja pada suatu hari.
“Ayahanda… sebenarnya hamba belum berhasrat untuk bersuami. Namun jika ayahanda sangat mengharapkan, baiklah. Namun hamba minta syarat, calon suami hamba harus bisa memenuhi keinginan hamba.”
“Lalu apa keinginanmu itu?”
“Hamba belum tahu, Hamba akan bersemedi minta petunjuk Dewa. Setelah itu hamba akan menghadap ayahanda untuk menyampaikan keinginan hamba.”
Demikianlah, tiga hari tiga malam Dewi Sanggalangit bersemedi. Pada hari keempat ia menghadap ayahandanya.
“Ayahanda, calon suami hamba harus mampu menghadirkan suatu tontonan yang menarik. Tontonan atau keramaian yang belum ada sebelumnya. Semacam tarian yang diiringi tabuhan dan gamelan. Dilengkapi dengan barisan kuda kembar sebanyak seratus empat puluh ekor. Nantinya akan dijadikan iringan pengantin. Terakhir harus dapat menghadirkan binatang berkepala dua.”
“Wah berat sekali syaratmu itu” sahut Baginda.
Meski berat syaratnya itu tetap diumumkan kepada segenap khalayak ramai. Siapa saja boleh mengikuti sayembara itu. Tidak peduli para pangeran, putera bangsawan atau rakyat jelata.
Para pelamar yang tadinya menggebu-gebu untuk memperistri Dewi Sanggalangit jadi ciut nyalinya. Banyak dari mereka yang mengundurkan diri karena merasa tak sanggup memenuhi permintaan sang Dewi.
Akhirnya tinggal dua orang yang menyatakan sanggup memenuhi permintaan Dewi Sanggalangit. Mereka adalah Raja Singabarong dari Kerajaan Lodaya dan Raja Kelanaswandana dari Kerajaan Bantarangin.
Baginda Raja sangat terkejut mendengar kesanggupan kedua raja itu. Sebab Raja Singabarong adalah manusia yang aneh. Ia seorang manusia yang berkepala harimau. Wataknya buas dan kejam. Sedang Kelanaswandana adalah seorang raja yang berwajah tampan dan gagah.
Raja Singabarong dari Kerajaan Lodaya ,Raja Singabarong bertubuh tinggi besar. Dari bagian leher ke atas berwujud harimau yang mengerikan. Berbulu lebat dan penuh dengan kutu-kutu. Itulah sebabnya ia memelihara seekor burung merak yang rajin mematuki kutu-kutunya.
Raja Singabarong telah memerintahkan kepada para abdinya untuk mencarikan kuda-kuda kembar. Mengerahkan para seniman dan seniwatinya menciptakan tontonan yang menarik, dan mendapatkan seekor binatang berkepala dua. Namun pekerjaan itu ternyata tidak mudah. Kuda kembar sudah dapat dikumpulkan, namun tontonan dengan kreasi baru belum tercipta, demikian pula binatang berkepala dua belum didapatkannya.
Maka pada suatu hari ia memanggil patihnya yang bernama Iderkala.
“Hai Patih coba kamu selidiki sampai bagaimana si Kelanaswandana mempersiapkan permintaan Dewi Sanggalangit. Kita jangan sampai kalah cepat oleh Kelanaswandana.”
Patih Iderkala dengan beberapa prajurit pilihan segera berangkat menuju kerajaan Bandarangin dengan menyamar sebagai seorang pedagang. Mereka menyelidiki berbagai upaya yang dilakukan oleh Raja Kelanaswandana. Setelah melakukan penyelidikan dengan seksama selama lima hari mereka kembali ke Lodaya.
“Ampun Baginda. Kiranya si Kelanaswandana hampir berhasil mewujudkan permintaan Dewi Sanggalangit. Hamba lihat lebih dari seratus ekor kuda kembar telah dikumpulkan. Mereka juga telah menyiapkan tontonan yang menarik, yang sangat menakjubkan.” Patih Iderkala melaporkan.
“Wah celaka! Kalau begitu sebentar lagi dia dapat merebut Dewi Sanggalangit sebagai istrinya.” kata Raja Singabarong. “Lalu bagaimana dengan binatang berkepala dua, apa juga sudah mereka siapkan?”
“Hanya binatang itulah yang belum mereka siapkan. Tapi nampaknya sebentar lagi mereka dapat menemukannya.” sambung Patih Iderkala.
Raja Singabarong menjadi gusar sekali. Ia bangkit berdiri dari kursinya dan berkata keras.
“Patih Iderkala! Mulai hari ini siapkan prajurit pilihan dengan senjata yang lengkap. Setiap saat mereka harus siap diperintah menyerbu ke Bandarangin.”
Demikianlah, Raja Singabarong bermaksud merebut hasil usaha keras Raja Kelanaswandana. Rencananya Raja Singabarong akan menyerbu mereka di perjalanan dan merampas hasil usaha Raja Kelanaswandana untuk diserahkan sendiri kepada Dewi Sanggalangit.
Raja Kelanaswandana yang memerintah kerajaan Wengker berwajah tampan dan bertubuh gagah. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana.
Pada suatu hari Raja Kelanaswandana memanggil semua pejabat kerajaan dan para pendeta. Ia berkata bahwa ia  ingin memperistri Dewi Sanggalangit, seluruh pejabat dan pendeta menyetujui kehendak Raja. Maka ketika mereka mendengar persyaratan yang diajukan Dewi Sanggalagit, mereka tiada gentar, seluruh kawula kerajaan, baik para pejabat, seniman, rakyat biasa rela bekerja keras guna memenuhi permintaan Dewi Sanggalangit.
Karena mendapat dukungan seluruh rakyatnya maka dalam tempo yang tidak begitu lama Raja Kelanaswandana dapat menyiapkan permintaan Dewi Sanggalangit. Hanya binatang berkepala dua yang belum didapatnya. Patih Pujanggeleng yang bekerja mati-matian mencarikan binatang itu akhirnya angkat tangan, menyatakan ketidaksanggupannya kepada Raja.
“Tidak mengapa!” kata Raja Kelanaswandana. ”Soal binatang berkepala dua itu aku sendiri yang akan mencarinya. Sekarang tingkatkan kewaspadaan, aku mencium gelagat kurang baik dari kerajaan tetangga.”
“Maksud Baginda?” tanya Patih Pujanggeleng penasaran.
“Coba kau menyamar jadi rakyat biasa, berbaurlah dengan penduduk di pasar dan keramaian lainnya.”
Perintah itu dijalankan, maka Patih Pujanggeleng mengerti maksud Raja. Ternyata ada penyusup dari kerajaan Lodaya. Mereka adalah para prajurit pilihan yang menyamar sebagai pedagang keliling. Patih Pujanggeleng yang juga mengadakan penyamaran serupa akhirnya dapat mengorek keterangan secara halus apa maksud prajurit Lodoya itu datang ke Bandarangin.
Prajurit Lodaya merasa girang setelah mendapatkan keterangan yang diperlukan. Ia bermaksud kembali ke Lodoya. Namun sebelum melewati perbatasan, anak buah Patih Pujanggeleng sudah mengepungnya, karena prajurit itu melawan maka terpaksa para prajurit Bandarangin membunuhnya.
Patih Pujanggeleng menghadap Raja Kelanaswandana.
“Apa yang kau dapatkan?” tanya Raja Kelanaswandana.
“Ada penyusup dari kerajaan Lodaya yang ingin mengorek keterangan tentang usaha Baginda memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit. Raja Singabarong hendak merampas usaha Baginda dalam perjalanan menuju Kediri.”
“Kurang ajar!“ sahut Raja Kelanaswandana. “Jadi Raja Singabarong akan menggunakan cara licik untuk memperoleh Dewi Sanggalangit. Kalau begitu kita hancurkan kerajaan Lodaya. Siapkan bala tentara kita.”
Sementara itu Raja Singabarong yang menunggu laporan dari prajurit mata-mata yang dikirim ke Bantarangin nampak gelisah. Ia segera memerintahkan Patih Iderkala menyusul ke perbatasan. Sementara dia sendiri segera pergi ke tamansari untuk menemui si burung merak, karena pada saat itu kepalanya terasa gatal sekali.
“Hai burung merak! Cepat patukilah kutu-kutu di kepalaku!” teriak Raja Singabarong dengan gemetaran menahan gatal.
Burung merak yang biasa melakukan tugasnya segera hinggap di bahu Raja Singabarong lalu mematuki kutu-kutu di kepala Raja Singabarong. Patukan-patukan si burung merak terasa nikmat, asyik, bagaikan buaian sehingga Raja Singabarong terlena dan akhirnya tertidur. Ia sama sekali tak mengetahui keadaan di luar istana. Karena tak ada prajurit yang berani melapor kepadanya. Memang sudah diperintahkan kepada prajurit bahwa jika ia sedang berada di tamansari siapapun tidak boleh menemui dan mengganggunya, jika perintah itu dilanggar maka pelakunya akan dihukum mati.
Karena tertidur ia sama sekali tak mengetahui jika di luar istana pasukan Bandarangin sudah datang menyerbu dan mengalahkan prajurit Lodaya. Bahkan Patih Iderkala yang dikirim ke perbatasan telah binasa lebih dahulu karena berpapasan dengan pasukan Bantarangin.
Ketika peperangan itu sudah merembet ke dalam istana dekat tamansari barulah Raja Singabarong terbangun karena mendengan suara ribut-ribut. Sementara si burung mereka masih terus bertengger mematuki kutu-kutu dikepalanya, jika dilihat sepintas dari depan Raja Singabarong seperti binatang berkepala dua yaitu berkepala harimau dan burung merak.
Seklebat ada bayangan seseorang yang tak lain adalah Raja Kelanaswandana. Raja Singabarong terkejut sekali. “Hai Raja Kelanaswandana mau apa kau datang kemari?”
“Jangan pura-pura bodoh!” sahut Raja Kelanaswandana. “Bukankah kau hendak merampas usahaku dalam memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit!”
“Hem, jadi kau sudah tahu!” sahut Raja Singabarong dengan penuh rasa malu.
“Ya, maka untuk itu aku datang menghukummu!” berkata demikian Raja Kelanaswandana mengeluarkan kesaktiannya. Diarahkan ke bagian kepala Raja Singabarong. Seketika kepala Singabarong berubah. Burung merak yang bertengger di bahunya tiba-tiba melekat jadi satu dengan kepalanya sehingga Raja Singabarong berkepala dua.
Raja Singabarong marah bukan kepalang, ia mencabut kerisnya dan meloncat menyerang Raja Kelanaswandana. Namun Raja Kelanaswandana segera mengayunkan cambuk saktinya bernama Samandiman. Cambuk itu dapat mengeluarkan hawa panas dan suaranya seperti halilintar.
“Jhedhaaar…!” begitu terkena cambuk Samandiman, tubuh Raja Singabarong terpental, menggelepar-gelepar di atas tanah. Seketika tubuhnya terasa lemah dan anehnya tiba-tiba tubuhnya berubah menjadi binatang aneh, berkepala dua yaitu kepala harimau dan merak. Ia tidak dapat berbicara dan akalnya telah hilang. Raja Kelanaswandana segera memerintahkan prajurit Bandarangin untuk menangkap Singabarong dan membawanya ke negeri Bantarangin.
Beberapa hari kemudian Raja Kelanaswandana mengirim utusan yang memberitahukan Raja Kediri bahwa ia segera datang membawa persyaratan Dewi Sanggalangit. Raja Kediri langsung memanggil Dewi Sanggalangit.
“Anakku apa kau benar-benar bersedia menjadi istri Raja Kelanaswandana?”
“Ayahanda… apakah Raja Kelanaswandana sanggup memenuhi persyaratan hamba?”
“Tentu saja, dia akan datang dengan semua persyaratan yang kau ajukan. Masalahnya sekarang, tidakkah kau menyesal menjadi istri Raja Kelanaswandana?”
“Jika hal itu sudah jodoh hamba akan menerimanya” tutur Dewi Sanggalangit.
Pada hari yang ditentukan datanglah rombongan Raja Kelanaswandana dengan kesenian Reog sebagai pengiring. Raja Kelanaswandana datang dengan iringan seratus empat puluh empat ekor kuda kembar, dengan suara gamelan, gendang dan terompet aneh yang menimbulkan perpaduan suara aneh, merdu mendayu-dayu. Ditambah lagi dengan hadirnya seekor binatang berkepala dua yang menari-nari liar namun indah dan menarik hati. Semua orang yang menonton bersorak kegirangan, tanpa terasa mereka ikut menari-nari dan berjingkrak-jingkrak kegirangan mengikuti suara musik.
Demikianlah, pada akhirnya Dewi Sanggalangit menjadi permaisuri Raja Kelanaswandana dan diboyong ke Bantarangin di Wengker. Wengker adalah nama lain dari Ponorogo sehingga di kemudian hari kesenian Reog itu disebut Reog Ponorogo.
Sumber : https://rezpectaria.wordpress.com/asal-mula-reog-ponorogo/

Mas Ganteng 2019

Selamat hari kamis untuk mas yang punya senyum manis Hii, happy december day🌹 2019 segera berakhir Perjalanan indah kan slalu terukir ...